WEBSITE RESMI

Selasa, 13 Desember 2016

Pidato di Kongres XV, Nusron Wahid: GP Ansor Harus Bermanfaat Bagi Sesama

Jakarta - Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid menekankan pentingnya warga Ansor menjadi penggerak ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. 

Hal itu dikatakan Nusron dalam pidato pembukaan Silaturahmi Akbar dan Kongres XV Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) yang secara resmi dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Pondok Pesantren Sunan Padanaran, Sleman, Yogyakarta, Kamis (26/11/2015).

Hadir juga dalam acara tersebut antara lain Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Menkopulhukam Luhut B Panjaitan serta tokoh nasional lainnya.

Dalam rangkaian pembukaan Silaturahmi Akbar dan Kongres XV GP Ansor dilakukan pula penyerahan Wakaf Alquran dan sumbangan renovasi tempat ibadah oleh Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas untuk daerah terdampak musibah kebakaran lahan. Dilakukan juga penandatanganan MoU antara GP Ansor dengan sejumlah lembaga keuangan dan asuransi, yakni Program Pemberdayaan Agen Keuangan dan Ekonomi berbasis Pesantren.

Nusron Wahid mengungkapkan, problem yang harus dihadapi bangsa Indonesia saat ini ada tiga yakni bagaimana menjaga kebhinekaan dan keutuhan NKRI yang masih selalu ada yang menodai, bagaimana mengatasi kemiskinan yang masih dirasakan oleh jutaan rakyat, dan bagaimana mencegah dan menindak praktik korupsi.

"Bicara kebinekaan, selagi masih ada kekerasan atas nama agama maka itu masih menjadi tantangan kita Ansor, Bicara soal kemiskinan, kalau ada kelompok kelaparan maka itu tantangan kita bagaimana ikut mengentaskan, dan selagi masih ada korupsi, berarti masih ada yang harus dikerjakan GP Ansor," kata Nusron.

Dan dari tiga masalah yang harus dihadapi bangsa Indonesia tersebut, Nusron menekankan bagaimana pentingnya Ansor dan NU menjadi penggerak ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan tersebut. 
Mengutip data BPS, Nusron mengungkapkan bahwa 70% kemiskinan di Indonesia ada di pedesaan. Tidak hanya kemiskinan di usia uzur, tetapi juga usia produktif.

"Bicara pedesaan, berarti bicara NU, bicara produktif, maka berarti bicara pemuda, bicara pemuda, maka sudah tentu bicara Ansor. Dan kalau pemudanya miskin, maka Ansor juga miskin, kalau Ansornya miskin, maka NU juga miskin, dan kalau NU miskin, maka bangsa ini juga miskin. Maka wajib hukumnya itu menjadi perjuangan Ansor," ujarnya.

Menurut Nusron, keseriusan Ansor sebagai penggerak ekonomi di pedesaan ditunjukkan dengan kebijakan mewajibkan semua cabang punya badan usaha. Jika ada cabang GP Ansor, maka hak suaranya dalam kongres akan dicabut.

"Karena Ansor harus memberikan manfaat bagi sesama. Harus menjadi penggerak ekonomi di daerah," tukasnya.

Dalam kesempatan itu, Nusron juga melaporkan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa saat ini GP Ansor punya 687 unit usaha gerakan ekonomi, yang asetnya mencapai Rp 3,6 triliun.

Nusron menegaskan, wajah Ansor hari ini adalah wajah NU masa depan, wajah NU hari ini adalah wajah negeri ini di masa depan. 

"Apa yang terjadi pada warga NU, akan berimplikasi pada Indonesia. Semakin sejahtera warga NU, maka akan semakin sejahtera Indonesia. Semakin baik Ansor, semakin baik NU, semakin baik NU, semakin baik juga Indonesia. Kalau ingin bangsa Indonesia mandiri, maka NU harus mandiri, kalau NU ingin mandiri, maka Ansor harus mandiri, harus mampu berdikari," jelasnya.

Dalam pidatonya, Nusron juga menekankan bahwa GP Ansor meyakini untuk mengentaskan kemiskinan, selain soal pendidikan, juga soal akses keuangan. Karena itulah, GP Ansor bekerja sama dengan berbagai badan keuangan dan asuransi agar warga Ansor dan NU bisa mengakses modal untuk usaha.

Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam sambutannya menyampaikan kebanggaannya dengan semangat GP Ansor di bawah kepemimpinan Nusron Wahid. Terlebih, banyak gebrakan Ansor untuk menggerakkan sektor perekonomian dengan menggandeng koorporasi dan lembaga keuangan serta lembaga asuransi.

"Itulah semangat generasi muda bagaimana memajukan bangsa ini. Kita juga bangga GP Ansor tetap pada langkahnya menjaga keutuhan dan kebinekaan bangsa ini," kata JK.

Menurut JK, upaya menggerakkan sektor perekonomian sangatlah penting dalam upaya memajukan bangsa.

"Kita membutuhkan kemajuan dan kemakmuran untuk melindungi diri dan melindungi kita sesama," ujar JK.

Karena itulah, JK merasa bangga ketika Kongres GP Ansor ini dibuka dengan gerakan bidang ekonomi. Karena bidang ekonomi lah yang salah satunya bisa meningkatkan keimananmanusia.

"Karena ada kalanya kemiskinan akan mendekatkan kekufuran," tukasnya.

Tantangan kebangsaan saat ini, lanjut JK, adalah bagaimana memakmurkan bangsa di tengah kemiskinan yang besar. Untuk itu, dia mendukung kerjasama GP Ansor dan lembaga keuangan agar tercipta pemerataan dan keadilan. Kepada para pimpinan lembaga keuangan yang hadir, JK juga meminta agar mereka mau menurunkan bunga bank agar rakyat yang maulai mau mengakses keuangan tidak terlalu berat bebannya untuk bisa mengembangkan usaha.

Sabtu, 03 Desember 2016

Sejarah Organisasi Gp. Ansor

Kelahiran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan. Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser (Barisan Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S/PKI, peran Ansor sangat menonjol.

Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama


Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab –yang kemudian menjadi pendiri NU– membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab, “ulama besar” sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam.

Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang, mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai sama salah satu jalan di kota Malang.

Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirikannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe.

Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (1945 – 1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim, Menteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler disingkat GP Ansor).

GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus BANSER (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat, dan juga Poros Ulama Muda yang tergabung di Majelis Dzikir dan Shalawat RIJALUL ANSOR.

Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalm setiap pergantian kepemimpinan nasional.

GP Ansor adalah masa depan NU dan Indonesia

Jumat, 02 Desember 2016

Peran Kader GP Ansor Dalam Melestarikan Karakter Kebangsaan

A.    Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri tanpa melakukan interaksi dengan individu lainnya. Pada hakikatnya setiap individu tidak ada yang sempurna, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan tersebut akan terpenuhi manakala melakukan interaksi sosial.

Dalam melakukan interaksi sosial, seluruh anggota masyarakat menciptakan suatu sistem nilai dan norma. Sistem nilai dan norma tersebut berfungsi sebagai acuan/pedoman dalam melakukan segala aktivitas di masyarakat. Begitu juga dengan para kader Nahdlatul Ulama (NU) yang mana tanpa adanya norma, para kader NU cenderung melakukan peran sosial semaunya sendiri. Hal tersebut akan berdampak timbulnya ketidakseimbangan sosial. Sistem norma yang telah ada tidak serta merta akan membentuk para kader yang tertib, seimbang dan harmonis. Namun untuk itu diperlukan adanya “kesadaran sosial bagi seluruh anggota Kader Nahdlatul Ulama (NU)”. Dalam hal ini para kader Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor).

Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) adalah sebuah organisasi kemasyaratan pemuda di Indonesia, yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini didirikan pada tanggal 24 April 1934. GP Ansor juga mengelola Barisan Ansor Serbaguna (Banser). GP Ansor merupakan salah satu organisasi terbesar dan memiliki jaringan terluas di Indonesia, dimana memiliki akar hingga tingkat desa.

Kelahiran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan. Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Barisan Ansor Serbaguna sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G30S, peran Ansor sangat menonjol.

Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ‘’konflik'’ internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam. Dalam hal ini, organisasi kepemudaan islam yang berkarakter.

Pembangunan karakter (character building) semakin menemukan momentumnya belakangan ini, bahkan menjadi salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan Nasional. “Upaya ke arah pembangunan karakter tersebut dilandasi oleh kondisi karakter manusia umumnya dewasa ini, sejak dari level internasional sampai kepada tingkat personal individual, khususnya bangsa kita, kelihatan mengalami berbagai disorientasi dan kemerosotan”[1]. Karena itu, harapan dan seruan dari berbagai kalangan masyarakat kita dalam beberapa tahun terakhir untuk pembangunan kembali watak atau karakter melalui pendidikan karakter menjadi semakin meningkat dan nyaring. Karena itu, kebijakan Mendiknasmengutamakan pendidikan karakter dapat menjadi momentum penting dalam konteks ini di tanah air kita.

Sekarang ini dari hari ke hari kita menyaksikan semakin meningkatnya penyimpangan moral dan akhlak pada berbagai kalangan masyarakat, termasuk didalamnya para kader GP Ansor. Serbuan globalisasi nilai-nilai dan gaya hidup yang tidak selalu kompatibel dengan nilai-nilai dan norma-norma agama, sosial-budaya nasional dan lokal Indonesia telah menggiring mereka (Kader GP Ansor) memiliki gaya hidup hedonistik, materialistik sebagaimana banyak ditayangkan dalam telenovela dan sinetron pada berbagai saluran TV Indonesia. Ada kecenderungan, Kader GP Ansor tidak mampu melawan arus “gaya” yang menempel bersama modernisasi ini. Akibatnya, tidak heran kita menyaksikan banyak sesama organisasi kepemudaan yang terlibat dalam tawuran, kekerasan senior atas yunior, penggunaan obat-obat terlarang, tindakan asusila, dan bentuk-bentuk tindakan kriminal lainnya.Celakanya, berbagai bentuk pelanggaran itu dengan segera dan instan menyebar melalui media komunikasi instan pula seperti internet, HP, dan semacamnya.

B.     Pengertian Karakter “Charakter”

Karakter berasal dari kata Yunani charaktêr yang mengacu kepada suatu tanda yang terpatri pada sisi sebuah koin. Karakter menurut Kalidjernih lazim dipahami sebagai kualitas-kualitas moral yang awet yang terdapat atau tidak terdapat pada setiap individu yang terekspresikan melalui pola-pola perilaku atau tindakan yang dapat dievaluasi dalam berbagai situasi. “Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain”[2]. Disebut watak jika telah berlangsung dan melekat pada diri seseorang.

Secara psikologis dan socio-culturalpembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi social kultural (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan socio-cultural tersebut dapat dikelompokkan dalam olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development).

Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan menghasilkan karakter jujur dan bertanggung jawab. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif menghasilkan pribadi cerdas. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas menghasilkan sikap bersih, sehat, dan menarik. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tercermin dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan menghasilkan kepedulian dan kreatifitas.

Bagi suatu bangsa, karakter adalah nilai-nilai keutamaan yang melekat pada setiap individu warga negara dan kemudian mengejawantah sebagai personalitas dan identitas kolektif bangsa. Karakter berfungsi sebagai kekuatan mental dan etik yang mendorong suatu bangsa merealisasikan cita-cita kebangsaannya dan menampilkan keunggulan-keunggulan komparatif, kompetitif, dan dinamis di antara bangsa-bangsa lain. Manusia Indonesia yang berkarakter kuat adalahmanusia yang memiliki sifat-sifat: religious, moderat, cerdas, dan mandiri.

1.      Religius: yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian taat beribadah, jujur, terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, dan toleran.

2.      Moderat : yang dicirikan oleh sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam kepribadian yang tengahan antara individu dan sosial, berorientasi materi dan ruhani, serta mampu hidup dan kerjasama dalam kemajemukan.

3.      Cerdas : yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, dan berpikiran maju.

4.      Mandiri : yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan antarperadaban bangsa-bangsa.

C.    Dampak Globalisasi Dan Perkembangan Teknologi Terhadap Kader GP Ansor

Globalisasi dan teknologi telah membuat dunia semakin terbuka akan berbagai informasi dalam waktu yang sangat singkat, karena globalisasi akan memicu perubahan pada tatanan kehidupan sesuai dengan karakteristiknya. Tentunya strategi dan implementasi yang tepat dalam merespon tantangan menjadi sangat penting. Salah satu unsur pembangunan tersebut yakni sumberdaya manusia, disamping Indonesia memiliki sumberdaya alam yang tak terukur.

Saat ini, terjadi krisis karakter dengan melihat bentuk yang sangat jelas. Hal ini bisa terlihat dari korupsi yang makin menggeliat, baik terlihat dengan kasat mata maupun sembunyi, perekonomian yang kembang kempis, konflik horizontal, kekerasan atas nama agama, karakter anarki, dsb. Proses pelemahan ini terjadi karena rapuhnya sebagai bangsa yang berkarakter dan tidak mengindahkan nilai-nilai. “GP Ansor memiliki peran penting untuk membangun karakter yang sudah mulai rapuh ini”. Kita perlu SDM unggul untuk menjadi obat penawar bagi bangsa Indonesia. 

Rasa dan semangat kebangsaan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan, karena satu sama lain saling berhubungan. Manifestasinya adalah muncul rasa cinta tanah air dan semangat solidaritas yang tinggi. “Memang tak mudah untuk membangun hal itu, namun saat ini pendidikan tersebut benar-benar dibutuhkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas”.

Kader GP Ansor diharapkan mampu menjadi pelopor utama dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. GP Ansor lahir bukan karena partai dan penguasa, melainkan karena ada semacam kegelisahan dan aksi protes terhadap kondisi negeri yang tidak kunjung sembuh. Sebagai organisasi yang dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) , GP Ansor diharapkan mampu berperan dalam pembentukan masyarakat yang kritis terhadap zaman, korektif terhadap penyimpangan yang terjadi di masyarakat, dan sikap konstruktif untuk memperbaiki keadaan sebagai jalan lain dari kemunduran. “Itulah pendidikan yang harus deimplementasikan sesungguh-sungguhnya.

D.    Fungsi Kader GP Ansor Dalam Pengembangan Karakter Kebangsaan

Fungsi pengembangan keterampilan organisasi dan kepemimpinan pemuda merupakan hal yang penting. Hal ini disebabkan pemuda, selain calon penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah, juga calon pemimpin bangsa di masa depan.Menurut Hasan Al-Banna, perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do’a, serta memompa dan menggiatkan jiwa lewat instropeksi diri.

Persoalan yang dianggap urgen dari kehidupan kader adalah ketika mereka harus menghadapi globalisasi yang ditandai dengan tuntutan demokratisasi dan persaingan. Demokrasi menjadi salah satu tuntutan masyarakat dunia, sebab demokrasi dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan rasional terbaik. Tuntutan terhadap demokratisasi di Indonesia juga semakin menguat semenjak reformasi. Tuntutan kebebasan berpendapat, penegakan hukum, perlindungan terhadap HAM, keterbukaan, merupakan indikator dari demokrasi. Oleh karena itu sebagai calon pemimpin, kader GP Ansor dituntut untuk lebih memahami, dan sekaligus mampu menjalankan prinsip dan nilai-nilai demokrasi. Meskipun gerakan reformasi tahun 1998 dipelopori oleh pemuda dan mahasiswa, belum semua pemuda paham tentang demokrasi. Berbagai konflik antar mereka pada saat pemilihan pimpinan organisasi, demontrasi yang berujung pada tindakan yang anarkis mengindikasikan bahwa belum semua pemuda paham tentang demokrasi. Berdasarkan pada kondisi tersebut, salah satu  pendidikan karakter yang harus dikembangkan di kalangan GP Ansor adalah membangun karakter pemimpin melalui pelatihan-pelatihan secara rutin atau berskala. Pendidikan karakter pemimpin tersebut ditujukan kepada para elit-elit pemuda yang menjadi pengurus organisasi kepemudaan. 

Pelatihan-pelatihan yang bermutu dan berkwalitas, diharapkan mampu menambah wawasan mengenai prinsip dan karakter kepemimpinan bagi para kader GP Ansor, sehingga diharapkan kedepan mereka bisa menjadi pemimpin-pemimpin yang cerdas, bijak, dan sederhana. Sebagai implementasi dari nilai-nilai karakter yang telah diperoleh dari materi-materi yang telah diberikan. 

Menurut hemat saya, para pimpinan GP Ansor diharapkan mampu menjadi contoh “Suri Tauladan” atau model bagi kader Kader GP Ansor yang lainnya. Dengan demikian, selain ada pengendalian diri agar berbuat yang lebih baik, mereka juga dicontoh oleh kader GP Ansor yang lain. Dengan faktor internal dan eksternal inilah mereka akan menampilkan karakter sebagai kader GP Ansor yang cerdas, jujur, bertangggungjawab, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan maupun sahabat atau rekanya. Sebagai bentuk apresiasi, penghargaaan dan sekaligus motivasi kepada para kader GP Ansor.

E.     Membangun Karakter Kader GP Ansor Yang Berefleksi Dan Bercerdas

Membangun karakter adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. “Proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant”[3]. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice(keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seorang kader GP Ansor. 

Kader GP Ansor itu harus berfikir dan berbuat berdasarkan kausalitas, melihat sebab akibat suatu peristiwa, sehingga tepat dalam menentukan atau memberikan pernyataan. Berfikir dan bertindak kausalitas, itulah yang dikatakan positive thinking. Positive thinking itu adalah cirinya manusia intelek. Kemudian dari positive thinking itu manusia berbuat dengan terencana, terarah dan efesien.

Terbentuknya karakter manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu nature(faktor alami atau fitrahdan nurture (melalui sosialisasi dan pendidikan). Faktor lingkungan yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi dapat menentukan ”hasil” seperti apa nanti yang dihasilkannya dari seorang anak. Jadi karakter seseorang atau individu kader GP Ansor dapat dibentuk dari pengasuhan, pendidikan, dan sosialisasi positif dari lingkungannya. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Setiap individu tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan karakter individu tersebut disebababkan oleh banyak hal, seperti lingkungan, biologis individu, polah asuh, budaya, dan lain sebagainya. Nurture dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. 

Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit 5 faktor, yaitu: temperamen dasar kita (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang kita percayai, paradigma), pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan perjalanan (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan). Helen Keller (1904) mengungkapkan “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”. Sehingga dengan karakter yang telah dibangun dengan kokoh, bisa menjadikan seorang individu tidak mudah dikuasai oleh seseorang ataupun kondisi tertentu.

F.     Peran Kader GP Ansor Dalam Mengembangkan Karakter Kebangsaan

Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalm setiap pergantian kepemimpinan nasional.

Penghujung tahun 1960-an adalah merupakan dari babakan sejarah perjalanan panjang rezim Orde Baru. Sebuah rezim yang runtuh dipenghujung abad 20 lalu, terutama disaat munculnya tuntutan reformasi.

GP Ansor merupakan salah satu organisasi pemuda yang ikut berperan dalam menurunkan rezim Orde Baru. Sehingga puncak klimaknya pada penghujung abad 20, rezim Orde Baru dapat dilengserkan. Setelah turunya rezim Orde Baru, maka menjadi sangat urgen untuk membenahi tata pemerintahan serta perlunya pembentukan karakter kebangsaan.

“Pembangunan karakter membentuk peradaban unggul jelas merupakan tanggung jawab semua pihak. Dalam hal ini, pihak keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah, dan tentu saja juga berbagai organisasi kemasyarakatan, termasuk gerakan dan organisasi kepemudaan”[4]. Meskipun organisasi kepemudaan bukanlah satu-satunya institusi dalam pembangunan karakter, tetapi menurut hemat saya (gerakan) Pemuda sebagai kelas menengah yang terdidik memiliki keberpihakan yang jelas, intelektualitas yang mumpuni, dan sensitivitas yang tinggi untuk menyentuh persoalan-persoalan riil masyarakat.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Kader GP Ansor dalam rangka menumbuhkan karakter yang visioner. 

Pertama, perlu dilakukan penguatan peran pemuda sebagai kader GP Ansor. Kader GP Ansor perlu berefleksi tentang peran dan tugas mereka sebagai generasi penerus, tetapi harus mampu memainkan peranan penting sebagai iron stock yang melanjutkan perjalanan bangsa. 

Kedua orientasi pergerakan kader GP Ansor yang mencerdaskan. Menurut hemat saya munculnya gerakan pemuda yangmewujud sebagai labeling identitas simbolik dan aktivitas “daripada tidak”, disebabkan pemuda gagal memaknai gerakan dan mendefinisikan “musuh” yang dilawan. Dan karena “tidak mau susah”, akhirnya aktivis pemuda terjebak pada aktivititas seremonial. Para Kader GP Ansor semestinya bisa memainkan perannya dalam mendorong dan mengisi aktivitas gerakan dengan basis material yang kuat, keberpihakan yang jelas, intelektualitas yang mumpuni, dan sensitivitas yang tinggi untuk menyentuh persoalan-persoalan riil masyarakat. Kualitas demikian hanya mungkin dicapai dalam sistem dan kultur aktivitas gerakan yang mencerdaskan yang memberikan ruang bagi kebebasan nalar dan pikiran serta mentalitas Kader. 

Aktivitas kader GP Ansor semestinya dapat meramu berbagai programnya dengan berorientasi pada olah hati, olah pikir, olah raga dan kinestetik, dan olah rasa dan karsa. Sehingga muncul karakter kader yang jujur dan bertanggung jawab, cerdas, sikap bersih, sehat, dan menarik, serta memiliki kepedulian dan kreatifitas. 

Ketiga, dalam skala yang lebih luas, GP Ansor atau Kader GP Ansor dapat menjalin kerjasama dengan berbagai institusi untukmengakselerasikan pembentukan karakter pada berbagai segmen, lapisan, dan tingkatan masyarakat. Karena, bagaimanapun, seperti telah dikemukakan di atas, pembentukan karakter dapat sukses hanya jika seluruh komponen masyarakat dan bangsa terlibat.

G.    Gotong Royong Merupakan Karakter Bangsa Indonesia Yang Harus Dilestarikan Oleh Kader GP Ansor

Gotong Royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dari zaman dahulu sampai sekarang ini. Rasa kebersamaan ini muncul, karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari masing-masing individu untuk meringankan beban yang sedang dipikul. Hanya di Indonesia, kita bisa menemukan sikap gotong royong ini karena di negara lain tidak ada sikap ini dikarenakan saling acuh tak acuh terhadap lingkungan di sekitarnya.

Ini merupakan sikap positif yang harus di lestarikan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh & kuat di segala lini. Tidak hanya dipedesaan bisa kita jumpai sikap gotong royong, melainkan di daerah perkotaan pun bisa kita jumpai dengan mudah walaupun presentasenya lebih kecil. Karena secara culture,budaya tersebut memang sudah di tanamkan sifat ini sejak kecil hingga dewasa.

Karena ini merupakan salah satu cermin yang membuat Indonesia bersatu dari sabang hingga merauke, walaupun berbeda agama, suku & warna kulit tapi kita tetap menjadi kesatuan yang kokoh. Inilah salah satu budaya bangsa yang membuat Indonesia, di puja & puji oleh bangsa lain karena budayanya yang unik & penuh toleransi antar sesama manusia.

Membangun peradaban sebuah bangsa harus dilakukan  dengan membangun budi pekerti   serta membangkitkan semangat kebersamaan. Seperti yang telah dilakukan oleh para agamawan dan tokoh-tokoh generasi pendiri NKRI. Menurut Bung Karno, Indonesia bila ingin kembali berjaya seperti Sriwijaya dan Majapahit  tidak bisa hanya dilakukan oleh satu golongan saja, tetapi harus dilakukan secara bersama oleh semua komponen bangsa dengan melibatkan  masyarakat.

Nilai-nilai dasar Pancasila sangat penting untuk selalu dimaknai kembali, karena generasi di masa mendatang belum tentu bisa menghayati Pancasila sebagai perekat dasar yang mempersatukan Indonesia.

Indonesia merdeka karena adanya semangat gotong royong, kebersamaan dan bahu membahu. Setelah reformasi semangat tersebut seperti agak ditinggalkan. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan uang atau dana sebagai tolok ukur yang cukup untuk partsipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.

“Di beberapa desa bahkan secara nyata uang menjadi perusak semangat gotong royong warga desa. Kehadiran dalam sebuah kebersamaan pun terkadang diwakili dengan uang. Tidak hadir ronda cukup bayar denda. Tidak hadir dalam pertemuan cukup titip uang iuran. Tidak ikut kerja bakti cukup memberi sumbangan”[5].

Program pemerintah dengan bantuan beras miskin (raskin) yang  kurang tepat sasaran dan dilaksanakan tanpa sebuah kebijaksanaan dalam permusyawaratan telah menjadikan alasan beberapa kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan raskin, sedang mereka merasa miskin, akhirnya tidak mau lagi ikut kerja bakti.

Dalam banyak peristiwa terorisme belakangan ini salah satu penyebabnya adalah tidak berjalannya pengawasan masyarakat adalah sudah mulai lunturnya semangat gorong royong. Dengan kurangnya semangat gotong royong, maka masyarakat menjadi tidak peka terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Gotong royong adalah pola pertahanan terbaik dalam masyarakat, gotong royong mampu menjadi alat komunikasi yang efektif.

Yang masih diharapkan untuk terus menjaga kegotongroyongan adalah masyarakat Indonesia sendiri. Dalam hal ini, GP Ansor sebagai Organisasi kepemudaan diharapkan mampu menanamkan prinsip kebersamaan kepada para kadernya. Sehingga dengan ditanamkanya prinsip kebersamaan, para kader GP Ansor mampu menumbuhkan semangat gotong royong terhadap sesama.

Intinya yaitu kader GP Ansor harus mampu menerapkan dan mengaplikasikan prinsip kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Melalui prinsip kebersamaan, para kader GP Ansor diharapkan mampu menjadi penjaga pilar kejayaan Pancasila dengan tetap menjaga semangat kegotongroyongan di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebangsaan. 

H.    Penutup

Dalam melakukan interaksi sosial, seluruh anggota masyarakat menciptakan suatu sistem nilai dan norma. Sistem nilai dan norma tersebut berfungsi sebagai acuan/pedoman dalam melakukan segala aktivitas di masyarakat. Begitu juga dengan para kader GP Ansor yang mana tanpa adanya norma, kader GP Ansor cenderung melakukan peran sosial semaunya sendiri. Hal tersebut akan berdampak timbulnya ketidakseimbangan sosial. Sistem norma yang telah ada tidak serta merta akan membentuk para kader yang tertib, seimbang dan harmonis. Namun untuk itu diperlukan adanya “kesadaran sosial bagi seluruh anggota Kader Ansor”.

Membangun karakter adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktuuntuk membuat semua itu menjadi custom(kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seorang kader GP Ansor.

GP Ansor merupakan salah satu organisasi pemuda yang ikut berperan dalam menurunkan rezim Orde Baru. Sehingga puncak klimaknya pada penghujung abad 20, rezim Orde Baru dapat dilengserkan. Setelah turunya rezim Orde Baru, maka menjadi sangat urgen untuk membenahi tata pemerintahan serta perlunya pembentukan karakter kebangsaan Khususnya bagi kader GP Ansor itu sendiri.

Karakter seseorang atau individu kader GP Ansor dapat dibentuk dari pengasuhan, pendidikan, dan sosialisasi positif dari lingkungannya. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Setiap individu tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan karakter individu tersebut disebababkan oleh banyak hal, seperti lingkungan, biologis individu, polah asuh, budaya, dan lain sebagainya. Nurture dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.

Yang masih diharapkan untuk terus menjaga kegotongroyongan adalah masyarakat Indonesia sendiri. Dalam hal ini, GP Ansor sebagai Organisasi kepemudaan diharapkan mampu menanamkan prinsip kebersamaan kepada para kadernya di dalam atau luar arena pengkaderan. Sehingga dengan ditanamkanya prinsip kebersamaan, diharapkan para kader GP Ansor mampu menumbuhkan semangat gotong royong terhadap sesama.

I.       Daftar Pustaka

1.       Kementerian Pendidikan Nasional, Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta, 2010.

2.       Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa, Bandung: Widya Aksara Press, 2010, hal 30.

3.       Mubiar Purwasasmita, “Memaknai Konsep Alam Cerdas dan kearifan Nilai Budaya Lokal dalam Pendidikan Karakter Bangsa”, dalam Prosiding seminar Aktualisasi Pendidikan Karakter, Bandung: Widya Aksara Press, 2010

Kamis, 01 Desember 2016

Pengurus Gp. Ansor kabupaten muratara Dari pojok kiri - Ketua , Sekretaris, dan Wakil ketua 1 bidang pengkaderan.

Semangat membangun organisasi ansor dan banser muratara ada ditangan pemuda yang mempunyai jiwa optimisme dan kematangan serta kesiapan mengabdi untuk agama,  nusa dan bangsa.

Serta cinta tanah air,  dengan keyakinan menjaga nkri merupakan harga mati bagi pemuda2 organisasi ansor banser kabupaten muratara.

Tugas dan tanggungjawab barisan ansor serbaguna ( BANSER )

Kedudukan Banser

Banser atau Barisan Ansor Serbaguna merupakan tenaga inti GP Ansor sebagai penggerak, pengemban, dan pengaman program-program sosial kemasyarakatan yang keanggotaannya memiliki kualifikasi: disiplin dan dedikasi tinggi, ketahanan fisik dan mental yang tangguh, penuh daya juang dan dapat mewujudkan cita-cita GP Ansor dan kemaslahatan umum.

Banser memiliki pola hubungan instruktif, koordinatif dan konsultatif baik secara vertikal maupun horisontal di seluruh satuan koordinasi melalui Pimpinan GP Ansor.

Tugas dan Kegiatan Utama Serta Tanggungjawab Banser

Tugas dan kegiatan utama Banser meliputi:

Kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan untuk pembangunanPengamanan lingkunganKegiatan bela negaraTanggungjawab Banser meliputi:

Menjaga, memelihara, menjamin kelangsungan hidup dan kejayaan organisasi khususnya dan terutama bagi keluarga Nahdlatul UlamaBersama dengan kekuatan bangsa lain untuk tetap menjaga dan menjamin keutuhan bangsa dari segala ancaman, hambatan, gangguan dan tantangan.Dalam pelaksanaan keorganisasian, Banser dikendalikan dan diawasi oleh GP Ansor di semua tingkatan dengan pola mekanisme koordinasi Ketua GP Ansor mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi kepada Komandan di semua tingkatan. Sedangkan hubungan antara Komandan kepada Ketua GP Ansor disemua tingkatan hanya terbatas pada hubungan konsultatif. Pola pelaksanaan organisasi ini menunjukkan bahwa pemberian status semi otonom pada Banser merupakan kewenangan yang diberikan oleh Ketua GP Ansor pada Satuan Koordinasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan internbal Banser, sedangkan untuk kepentingan eksternal harus terkait langsung dengan ketua GP Ansor.

Pengertian semi otonom seperti dijelaskan di atas harus dipahami secara menyeluruh oleh para pelaksana Organisasi Banser, sehingga akan dapat mengantisipasi terjadinya ketimpangan organisasi dimana Banser merasa memiliki nilai lebih ketimbang GP Ansor sehingga mereka tidak mau dikendalikan dan diarahkan oleh GP Ansor.

Mekanisme kerja antara GP Ansor dengan Bansere di semua tingkatan memenuhi mekanisme sbb:

Paradigma Baru Banser

Banser sebagai kader inti yang menjadi bagian integral GP Ansor sudah mulai melakukan perubahan internal. Perubahan paradigma Banser yang sebelumnya berorientasi militeristik telah ditinjau-ulang karena tidak sejalan lagi dengan semangat zaman. Kini Banser tidak hanya ditempatkan sebagai kekuatan paramiliter dan penjaga keamanaan, akan tatapi Banser telah memiliki paradigma baru yang berorientasi pada semangat civil society yang juga diprogramkan GP Ansor. Ini berarti Banser ke depan ditempatkan menjadi sayap kekuatan GP Ansor yang berorientasi pada kerja-kerja kemanusiaan yang konkret, peduli, dan ramah. Kekuatan Banser hendaknya senantiasa menjadi alat kepanjangan GP Ansor untuk menolong dan bertindak demi kemanusiaan, khususnya bagi warga NU, umat Islam, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Ini berarti Banser tidak hanya bertugas mengamankan situasi dan kondisi, serta lingkungan dimana kekuatan Banser berada. Akan tetapi Banser paling tidak dapat menjadi kekuatan semacam Satkorlak atau Tim SAR yang bertugas untuk menyelamatkan masyarakat dari penderitaan hidupnya, baik penderitan akibat bencana alam yang sering terjadi, maupun penderitaan sosial dan ekonomi. Pelatihan-pelatihan ketrampilan menjadi prioritas Banser, sehingga dengan demikian paradigmanya terus bergeser ke arah pemberdayaan masyarakat sipil yang berorientasi kemanusiaan dan profesionalisme.

Hati2 bermain media sosial

“GP Ansor Ajak Netizen Hormati Ulama”


Jakarta – Rencana aksi beberapa kelompok Umat Islam pada 2 Desember 2016 mendatang yang dikemas dengan penggelaran ibadah sholat Jum’at di sepanjang jalan protokol Thamrin-Sudirman Jakarta menuai pro kontra di kalangan masyarakat. Perbedaan pendapat yang dilontarkan berbagai pihak di dunia maya semakin hari semakin memanas dan dapat menyulut konflik.


Sebelumnya, beberapa ulama dan tokoh agama seperti Buya Syafii Ma’arif, Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj, KH. Quraish Shihab, tak luput dari cacian, kecaman dan makian netizen. Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor sangat menyesalkan tindakan netizen yang tanpa kontrol moral dan etika, mem-bully, menjelek-jelekkan, bahkan menghina secara fisik tokoh-tokoh agama dan ulama.


“GP Ansor menghimbau netizen lebih dewasa dan santun dalam menggunakan media sosial. Tak pantas rasanya akun-akun media sosial yang menghina kyai dan ulama itu justru banyak milik anak-anak muda yang seharusnya memberi rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Apalagi beliau-beliau itu panutan umat,” tandas Ketua Umum PP GP Ansor, H. Yaqut Cholil Qoumas pada Jumat, 25 November 2016, di Jakarta.


GP Ansor mengajak para tokoh masyarakat dan elit politik ikut menyejukkan suasana nasional saat ini dengan tidak melontarkan pernyataan yang cenderung provokatif, menghindari pernyataan yang menyinggung perasaan umat beragama dan menjadi teladan dengan akhlaqul karimah. “Hari ini kita belajar keteladanan dari akhlaqnya Gus Mus. Beberapa pelaku penghinaan terhadap Gus Mus di Medsos yang datang ke kediaman Beliau untuk meminta maaf diterima dengan baik, tanpa pernah menyinggung kesalahannya. Mereka malah disuguhi makanan, diajak bercanda dan berdiskusi, tidak ada dendam,” papar pria yang biasa dipanggil Gus Yaqut ini.


Selain himbauan di atas, GP Ansor juga mendesak aparat penegak hukum untuk segera memproses hukum dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama, yang dianggap sebagai pemantik kegaduhan nasional saat ini dengan adil dan secepat-cepatnya. “Demi terciptanya rasa keadilan di masyarakat, aparat penegak hukum harus bekerja profesional, adil dan cepat. Jangan ada kesan buying time dalam penyelesaian kasus ini,” pungkas Gus Yaqut.


Rabu, 30 November 2016

Kenapa harus masuk Gp. Ansor...????

Di tengah perubahan dan tantangan kemajuan teknologi informasi, GP Ansor sebagai organisasi masa depan NU sekaligus NU masa depan, dituntut terus melakukan upaya untuk meningkatkan kemandirian organisasi sebagai visi besar. Berikut wawancara NU Online dengan Ketua Umum PP GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas (Gus Tutut) di Rembang, Jawa Tengah.

Kenapa harus masuk Ansor, terutama Gus Tutut memilih menjadi Ketum Ansor?

Saya ini orang NU, saya lahir dan besar dari tradisi keluarga yang alirannya jelas, NU. Saya mengabdi di Ansor itu juga tidak lepas karena saya ingin agar apa yang saya terima sepanjang hidup saya ini dapat saya tularkan kepada anak cucu saya nanti. Dan juga menjaga ajaran Ahlussunnah wal Jamaah kalau perlu sampai hari kiamat. Kalau ditanya kenapa saya harus menjadi Ketum Ansor, karena Ansor adalah masa depan NU dan juga NU masa depan.

Yang kedua ini masalah pengabdian. Jadi hidup itu baru lengkap setelah kita punya pengabdian, apalagi bicara Ansor ini pengabdiannya luas, satu pengabdian terhadap Nahdlatul Ulama, dan yang kedua pengabdian terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi manusia yang tidak punya pengabdian dan tidak memberikan pengabdian terbaik dalam hidupnya mau jadi apa?

Kenapa lebih memilih Ansor, bukan ormas Islam yang lain Gus?

Yang pertama Ansor organisasi yang terkenal, dan merupakan satu-satunya organisasi pemuda terbesar di dunia. Yang jumlah anggotanya mencapai sekitar 1,7 juta orang dari sabang sampai merauke, tidak ada organisasi pemuda di dunia yang anggotanya sebesar Ansor. Tetapi bukan itu yang menjadi tujuan. Melainkan saya ini orang NU. Tidak mungkin saya masuk organisasi kepemudaan atau organisasi Islam di luar NU. 

Apa visi dan misi pengurus Ansor hari ini di bawah komando Gus Tutut?

Kalau ditanya mengenai visi misi, tentu visi besar kita jelas "Kemandirian Organisasi". Jadi periode yang lalu, periodenya sahabat Nusron Wahid itu ada tiga "Kaderisasi, Revitalisasi nilai-nilai dan tradisi ke-NU-an, Mendistribusikan kader sesuai dengan bidang keahliannya". Nah, itu kita turunkan menjadi sebuah misi, yaitu kemandirian organisasi. 

Kenapa begitu, karena jika organisasi ini mandiri, maka kita tidak perlu lagi tergantung dengan kekuatan-kekuatan diluar kita, yang sering kali berbeda dengan visi organisasi. Bahkan kadang berbeda dengan aqidah yang kita yakini.

Kalau bisa mandiri tentu organisasi bisa lebih leluasa ke mana arah kita menentukan kebijakan organisasi. Visi besarnya ya itu, kita akan tetap melakukan kaderisasi, kita akan tetap melakukan revitalisasi nilai-nilai dan tradisi ke-NU-an, dan terus mendistribuasikan kader sesuai dengan bidang keahliannya sebagai gambaran utuh atas kemandirian organisasi yang sedang kita bangun mulai dari semua tingkatan.

Melalui apa Gus, Ansor mewujudkan kemandirian organisasi?

Ikhtiar yang kita lakukan itu banyak. Kita sedang menggarap industri komunitas namanya. Kita persiapkan Insyaallah tahun depan sudah ramai ke semua cabang. Indusri komunitas, misalnya Ansor Rembang. Jumlah anggota ansor Rembang katakanlah seribu, kita akan mencoba memenuhi kebutuhan sehari-hari contoh kecil sabun mandi yang bisa digunakan kalangan internal kita. Kita akan memberikan fasilitas pelatihan dan peralatanya supaya kader Ansor bisa memproduksi sendiri sesuai dengan kebutuhannya.

Kalangan internal kan tidak terbatas kepada Ansor, kalau kita kembangkan kalangan internal bisa masuk ke pondok pesantren, kan santrinya banyak. Selama ini mereka beli dari luar, yang kita tidak tahu produsennya siapa, keuntungannya untuk apa, kan kita gak ngerti. Tahun depan kita akan melakukan itu. Kalau kita bisa produksi sendiri yang paling sederhana. Buat sendiri dan dikonsumsi sendiri kan keuntungannya bisa kita kembangkan sendiri misalnya dikembangkan menjadi bentuk Baitul Mal wat Tamwil (BMT).

Misalnya, ada kader Ansor yang ingin usaha punya keinginan kuat tetapi sulit mengakses permodalan, kan bisa dibantu melalui BMT nya Ansor. Inikan lama-lama bisa bergulir dengan baik. Saya kira organisasi ini akan mandiri dengan cepat. Ini kita berbicara baru satu produk saja yaitu sabun. Belum ngomong shampo, yang gampang-gampang saja kita bikin sendiri.

Apa tidak terlalu cepat dan memberatkan Gus, Ansor berbicara produksi dan permodalan untuk kemandirian?

Tidak, jadi kita sudah ketemu dengan salah satu vendor atau pengusaha yang memang memproduksi dengan skala komunitas dalam skala kecil, mereka sudah siap bekerja sama dengan Ansor. Dan kita sudah koordinasi dengan lembaga keuangan besar yang siap menjadi bapak asuh untuk usaha komunitas Ansor.

Kalau setiap cabang bisa melakukan ini, mendorong kemandirian organisasi mulai tingkat cabang ini luar biasa. Ansor kedepan itu sudah luar biasa, bukan hanya menghidupi organisasi tetapi juga anggota dan kadernya. Misalnya begini, kalau berbicara industri kecil dan skala komunitas, kan masing-masing anggota di ranting bisa menjadi agen, ini kan  bisa menjadi pemasukan.

Contoh yang lain itu kita bikin aplikasi Ansor, di aplikasi Ansor ada berita tentang kegiatan Ansor se-Indonesia, ada juga toko online jual beli yang isinya ada pemasaran hasil-hasil produksi dari sahabat-sahabat Ansor se-Indonesia, dan bisa juga jual beli pulsa. Jadi selama ini kita punya asumsi, kita melihat teman-teman di daerah banyak yang memiliki usaha. 

Jadi kita melihat di Tegal itu ada teman yang membuat sarung Ansor, atau ada yang bikin batik di Madura, tapi mereka ini kesulitan marketing di pemasaran. Karena kesulitan di pemasaran mereka hanya memasarkan di skala lokal, paling bisa keluar hanya sampai Pemalang, Brebes tidak bisa ke mana-mana.

Melalui aplikasi Ansor ini, kita fasilitasi pemasaranya bisa se-Indonesia. Kita jual beli lewat aplikasi. Ini salah satu contoh. Saya kira namanya industri, usaha apapun kuncinya itu kan ada dua, yang pertama di modal dan pasar. Kalau modal kita bisa penuhi dengan cara pengumpulan di BMT, kemudian membiayai kadernya sendiri, lalu jaringan pasarnya kita siapkan. Nah itu luar biasa dan belum pernah dipikirkan sebelumnya.

Pilot project-nya mau dimulai dari mana Gus?

Kita akan bikin pilot projek di enam titik, maka saya bilang ranting baru bisa tahun depan. Pilot projek enam titik dalam waktu dekat salah satunya di Rembang, yang sudah saya siapkan. Hasil pilot projek nanti akan kita evaluasi kekurangannya di mana. Akan kita perbaiki sebelum kita luncurkan secara luas. Salah satunya Rembang, Pekalongan, Batang dan yang ketiga saya lupa. Pilot projek ini berupa pelatihan dan peralatan.

Selasa, 29 November 2016

Visi dan Misi Ansor Banser..........

VISI

1. Revitialisasi Nilai dan Tradisi

2. Penguatan Sistem Kaderisasi

3. Pemberdayaan Potensi Kader

4. Kemandirian Organisasi

MISI

Internalisasi Nilai ASWAJA dan Sifatur Rasul dalam Gerakan GP. Ansor.Membangun Disiplin Organisasi dan Kadersasi bebasis Profesi.Menjadi sentrum lalulintas informasi dan peluang usaha antar kader dengan stakeholder.Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan organisasi

Banser (Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama) merupakan badan otonom NU dari GP Ansor. Bertugas dalam pengamanan, menjalankan misi kemanusiaan di berbagai daerah di Indonesia.

Minggu, 27 November 2016

Sukseskan acara diklat terpadu dasar Gp. Ansor Muratara

Proses pengkaderan formal organisasi kemasyarakatan, kepemudaan,  keagamaan,  keindonesiaan terbesar diindonesia ini dalam waktu dekat di kabupaten musi rawas utara, akan melaksanakan diklat secara terus menerus dalam misi mengembang sumberdaya manusia pemuda yang ada dimuratara,  berharap juga melalui ulama nu muratara bisa memberikan pembekalan syiar keagamaan dan pencerahan terhadap pemuda yang bernaung di organisasi gp.  Ansor ini.

Sabtu, 26 November 2016

Selamat terpilih kembali menjadi ketua muslimat NU

Seorang ibu yang visioner dari zamannya siswa dulu sudah aktif berkecimpung diberbagai organisasi,  hingga hari ini bisa menjadi menteri sosial di kabinet kerja jokowi - jk.

Selasa, 22 November 2016

GP Ansor Muratara Akan Adakan DTD

Alhamdulillah rutinitas bersilaturahmi bersama para sahabat yang lain, sambil mendiskusikan arah gerak Gp. Ansor selesai.
Hasil musyawarah hari ini, akan melaksanakan maulid nabi besar Muhammad s.a.w dan acara pengkaderan diklat terpadu dasar gerakan pemuda ansor kabupaten musi rawas Utara pada Bulan desember. Semoga diperlancar semuanya... Aminn...